RANGKUMAN MATERI IPA BIOLOGI KELAS 11 SEMESTER 1
BAB 9
Sistem Koordinasi Pada Manusia
Peta Konsep
A. Sistem Saraf
Sistem koordinasi (regulasi) pada manusia dilakukan oleh dua subsistem yaitu saraf (neral) dan endokrin. Selain itu fungsi koordinasi juga berhubungan dengan alat-alat indera.
Saraf (neural) pada dasarnya adalah jaringan komunikasi yang menghubungkan seluruh sistem pada tubuh manusia. Hormon berasal dari endokrin dan beredar didalam darah untuk mengatur organ-organ khusus. Jadi, saraf maupun hormon mengatur proses-proses tubuh.
1. Sel Saraf
Sistem saraf manusia terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan saraf yang menghubungkan bagian pusat dengan bagian-bagian tubuh yang lainnya.
Saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Sel saraf terbagi menjadi dua jenis, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron berfungsi sebagai pembawa informasi yang baik dan organ penerima rangsang menuju pusat susunan saraf maupun sebaliknya. Sedangkan, neuroglia berperan dalam hal mendukung neuron sehingga sel neuron mampu melakukan tugasnya.
Sel neuron umumnya terdiri atas tiga bagian, yaitu akson, badan sel, dan dendrit.
- Dendrit adalah struktur ysng terbentuk dari ronjolan plasma yang berfungsi meneruskan implus menuju badan sel
- Badan Sel adalah struktur berwarna kelabu yang menghasilkan energi bagi kegiatan sel neuron
- Akson adalah struktur berbentuk panjang dan licin. Akson berfungsi untuk mngantarkan rangsang dari badan sel ke neuron lain
- Neuron sensorik: Neuron ini menerima informasi dari reseptor di dalam tubuh dan mengirimkannya ke otak atau sumsum tulang belakang. Neuron sensorik memiliki dendrit yang lebih panjang dan akson yang lebih pendek, serta biasanya memiliki hanya satu dendrit.
- Neuron motorik: Neuron ini mengirimkan informasi dari otak atau sumsum tulang belakang ke otot atau kelenjar di seluruh tubuh. Neuron motorik memiliki akson yang lebih panjang dan dendrit yang lebih pendek, serta hanya memiliki satu akson.
- Neuron intermediet: Neuron ini berada di antara neuron sensorik dan motorik, dan terlibat dalam pengolahan informasi yang diterima oleh otak. Neuron intermediet memiliki dendrit dan akson yang seimbang dan bisa bercabang-cabang, serta sering terhubung dengan banyak neuron lain.
Berdasarkan strukturnya, neuron dapat dibagi menjadi:
- Neuron unipolar: Neuron ini memiliki satu proses cabang yang terbagi menjadi dendrit dan akson. Pada neuron unipolar, soma (badan sel) terletak di bagian tengah proses cabang. Neuron unipolar umumnya ditemukan pada sistem saraf perifer.
- Neuron bipolar: Neuron ini memiliki dua proses cabang, yaitu dendrit dan akson yang masing-masing terhubung pada ujung neuron. Soma terletak di antara kedua proses cabang. Neuron bipolar terutama ditemukan pada organ indera, seperti retina mata dan telinga bagian dalam.
- Neuron multipolar: Neuron ini memiliki banyak proses cabang yang terdiri dari satu akson dan banyak dendrit. Pada neuron multipolar, soma terletak di bagian tengah neuron. Neuron multipolar merupakan jenis neuron yang paling umum ditemukan pada sistem saraf pusat, termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
2. Impuls Saraf
a. Penghantaran impuls saraf melalui saraf
Penghantaran implus balik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh implus, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk berfungsi kembali diperlukan waktu sekitar 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil penafsiran dari sel yang dilakukan oleh mirokondria dalam sel saraf.
b. penghantaran impuls pada sinapsis
Hubungan anatara akson dan satu neuron dengan dndrit akson berikutnya disebut sinaps yang berasal dari bahasa yunani yang berarti hubungan. Pada sebagian besar sinaps terdapat celah sebesar 20nm yang memisahkan kedua membran plasma, impuls diteruskasn melalui celah ini dengan transmiter zat kimiawi khusus yang disebut neurotransmiter. Ada beberapa macam neurotransmiter, antara lain : asetilkolin yang terdapat disinapsis seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simoatik, dopanim dan serotonin terdapat di otak.
Secara fungsional sinaps sangat penting karena merupakan titik tempat diatrunya arus impuls yang melalui saraf .
3. Terjadinya Gerak Biasanya dan Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sederhana utnuk menjelaskan hentakan impuls uleh saraf. Padda umumnya gerak terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari, yaitu gerak refleks. Impuls pada gerak sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk diolah, hasil olahan dari otak adalah tanggapan yang dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks adalah gerak yang tejadi secara cepat dan tidak disadari. Pada dasarnya gerak ini merupakan mekanisme untuk menghindari dari suatu keadaan yang membahayakan. Gerak refleks penting dalam pengaturan denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, salivasi, dan gerakan saluran pencernaan.
4. Sistem Saraf Pusat dan Saraf Tepi
a. sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak merupakan organ pusat yang mengontrol dan mengkoordinasi berbagai fungsi tubuh, seperti gerakan, persepsi, emosi, dan kognisi. Otak juga bertanggung jawab dalam mengatur sistem saraf otonom, yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh yang tidak sadar, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan.
Sumsum tulang belakang, seperti namanya, terletak di dalam tulang belakang dan berfungsi sebagai pusat pengolahan sinyal sensorik dan motorik dari seluruh tubuh. Sumsum tulang belakang menerima sinyal sensorik dari saraf-saraf tepi dan mengirimkan sinyal motorik ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh.
Sistem saraf pusat berfungsi sebagai pusat pengolahan dan koordinasi informasi dalam tubuh manusia.
b. sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi (SST) terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar otak dan sumsum tulang belakang. Saraf-saraf tersebut terhubung dengan organ-organ dan jaringan-jaringan di seluruh tubuh dan bertanggung jawab dalam mengirimkan informasi dari dan ke SSP.
SST dibagi menjadi dua bagian utama: sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik terdiri dari saraf-saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan SSP dengan otot-otot dan jaringan ikat serta organ sensorik seperti kulit, mata, dan telinga. Sistem saraf somatik bertanggung jawab dalam mengontrol gerakan-gerakan sadar, seperti berjalan, berlari, dan mengangkat benda.
Sistem saraf otonom terdiri dari saraf-saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan SSP dengan organ-organ internal, seperti jantung, pembuluh darah, paru-paru, lambung, usus, dan kelenjar-kelenjar. Sistem saraf otonom bertanggung jawab dalam mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak sadar, seperti denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, pencernaan, dan produksi kelenjar-kelenjar tubuh.
Sistem saraf tepi berperan penting dalam mengirimkan informasi dari dan ke SSP. Tanpa sistem saraf tepi, SSP tidak akan dapat menerima informasi dari lingkungan dan mengirimkan sinyal motorik ke otot-otot dan organ-organ di seluruh tubuh.
5. Pengaruh Zat Psioaktif terhadap Sistem Saraf
Zat psikoaktif, seperti narkotika, alkohol, dan obat-obatan terlarang, dapat mempengaruhi sistem saraf dan berdampak pada perilaku dan kesehatan seseorang. Zat psikoaktif bekerja dengan memengaruhi neurotransmiter dalam otak dan mengubah sinyal saraf yang diteruskan dari sel-sel saraf. Beberapa efek penggunaan zat psikoaktif pada sistem saraf antara lain:
Peningkatan atau penurunan produksi neurotransmiter tertentu, seperti dopamin dan serotonin, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan kecanduan.
Perubahan aktivitas otak, seperti penurunan aktivitas di area otak yang terlibat dalam pengendalian impuls dan penilaian konsekuensi, serta peningkatan aktivitas di area otak yang terlibat dalam pengendalian dorongan dan emosi.
Peningkatan atau penurunan sensitivitas reseptor saraf terhadap neurotransmiter tertentu, yang dapat mempengaruhi respons terhadap rangsangan.
Kerusakan atau kematian sel-sel saraf, terutama pada penggunaan zat psikoaktif jangka panjang.
Efek zat psikoaktif pada sistem saraf dapat berbeda-beda tergantung pada jenis zat yang digunakan, dosis, frekuensi penggunaan, durasi penggunaan, dan faktor individu, seperti umur, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar